Menghitung Estimasi Biaya Awal dan Balik Modal Usaha Fotocopy

Ternet.id - Bicara soal usaha fotocopy itu mirip kayak ngomongin warung kelontong—selalu ada yang butuh, tapi tetap harus dihitung matang sebelum terjun.

Banyak orang mengira usaha fotocopy cuma butuh mesin, colok listrik, buka pintu, lalu uang mengalir. Padahal, yang namanya bisnis tetap bisnis: perlu perhitungan, modal awal, ongkos per bulan, dan tentu saja estimasi kapan balik modal.

Di artikel ini, kita bahas tuntas cara menghitung biaya awal hingga kapan balik modal usaha fotocopy, dengan penjelasan yang mengalir, santai, tapi tetap akurat biar kamu nggak salah langkah.

1. Apa Saja yang Jadi Komponen Biaya Awal?

Sebelum menghitung peluang balik modal, kita harus tahu dulu komponen modal awal apa saja yang wajib disiapkan. Secara umum, modal usaha fotocopy bisa dibagi menjadi tiga bagian besar: peralatanstok awal, dan operasional awal.

a. Mesin Fotocopy (Komponen Utama)

Ini dia jantung bisnisnya.

Kamu bisa pilih dua jenis:

  • Mesin rekondisi/ex-Singapura (paling umum di Indonesia)
  • Mesin baru

Harga rata-rata:

  • Rekondisi: Rp10 juta – Rp22 juta
  • Baru: Rp35 juta ke atas

Sebagian besar pemula memilih mesin rekondisi dari penyedia terpercaya seperti Restu Jaya Sentosa, karena kualitasnya sudah diperbaiki, diservis dan siap kerja untuk beban harian.

b. Printer Pendukung

Selain mesin fotocopy, kamu butuh printer untuk print warna.

  • Printer inkjet: Rp1,5 juta – Rp3 juta
  • Printer infus/modifikasi: Rp2 juta – Rp4 juta

c. Stok Awal Kertas

Minimal untuk start:

  • Kertas A4: 3–5 rim
  • Kertas F4: 3–5 rim

Total kisaran: Rp450.000 – Rp900.000

d. Tinta/Toner Awal

Untuk mesin fotocopy, tinta/toner biasanya sudah dapat saat membeli mesin fotocopy, tapi jika mau beli tambahan untuk stok maka biayanya :

  • Toner rekondisi: Rp150.000–Rp300.000
  • Developer: Rp200.000–Rp350.000

e. Perlengkapan Pendukung

Ini wajib dan sering dilupakan:

  • Staples & isi staples
  • Cutter
  • Map
  • Plastik dokumen
  • Kertas warna
  • Bahan jilid

Total: Rp300.000–Rp600.000

f. Meja, kursi, rak

Minimal:

  • Meja mesin
  • Meja pelayanan
  • Kursi kerja
  • Rak ATK

Estimasi: Rp1 juta – Rp2 juta

g. Sewa tempat (opsional jika tidak pakai rumah)

Jika menyewa kios kecil:

  • Rp800.000 – Rp2 juta / bulan

Katakanlah butuh pembayaran 3 bulan di depan → Rp2,4 juta – Rp6 juta.

Total Estimasi Modal Awal Usaha Fotocopy

Jika kita rangkum dalam dua skenario:

1. Modal Rendah (Paket Hemat)

  • Mesin fotocopy rekondisi: Rp12.000.000
  • Printer: Rp2.000.000
  • Kertas: Rp600.000
  • Tinta/toner: Rp300.000
  • Perlengkapan: Rp400.000
  • Furnitur: Rp1.000.000
  • Tanpa sewa tempat

Total: Rp16.300.000

2. Modal Sedang (Sewa Tempat + Setup Lengkap)

  • Mesin fotocopy rekondisi premium: Rp18.000.000
  • Printer warna: Rp3.000.000
  • Kertas: Rp700.000
  • Tinta/toner: Rp500.000
  • Perlengkapan: Rp600.000
  • Furnitur: Rp1.500.000
  • Sewa tempat (3 bulan): Rp4.500.000

Total: Rp28.800.000

Jadi modal awal usaha fotocopy umumnya berada di Rp16 juta – Rp30 juta, tergantung paket yang kamu siapkan.

2. Menghitung Pendapatan Bulanan Usaha Fotocopy

Pendapatan usaha fotocopy sangat bergantung pada lokasi. Tapi secara umum, analisanya cukup realistis seperti ini:

a. Pendapatan dari Fotocopy Hitam Putih

Jika rata-rata:

  • 150 lembar/hari
  • Harga per lembar: Rp300

Pendapatan: 150 × Rp300 × 30 hari = Rp1.350.000

(Catatan: ini angka minimal. Banyak lokasi bisa tembus 300–500 lembar/hari.)

b. Jasa Print Warna

Jika sehari 10 halaman:

  • Harga rata-rata: Rp3.000/lembar

Pendapatan: 10 × 3.000 × 30 = Rp900.000

c. Penjualan ATK

Jika kecil-kecilan saja, 

Pendapatan rata-rata: Rp500.000 – Rp1.500.000 / bulan

Kita ambil moderat: Rp800.000

Total Pendapatan Bulanan

Rp1.350.000 + Rp900.000 + Rp800.000 = Rp3.050.000 / bulan

Kalau lokasi ramai (kantor, sekolah, kampus), pendapatan bisa naik 2–4 kali lipat.

3. Biaya Operasional Bulanan

Berikut biaya per bulan yang wajib dihitung:

  • Listrik: Rp200.000 – Rp350.000
  • Tinta/toner & maintenance: Rp300.000 – Rp500.000
  • Kertas tambahan: Rp300.000 – Rp600.000
  • Sewa tempat (jika ada): Rp800.000 – Rp2 juta
  • Lain-lain (staples, plastik, perawatan): Rp100.000 – Rp200.000

Total biaya operasional: Rp1.700.000 – Rp3.500.000

Mari ambil yang moderat: Rp2.200.000

4. Berapa Lama Balik Modal Usaha Fotocopy?

Sekarang tinggal bandingkan:

Pendapatan bersih bulanan:

Pendapatan total: Rp3.050.000
Biaya operasional: Rp2.200.000

Keuntungan bersih: Rp850.000 / bulan

Jika modal awal = Rp16.300.000
→ Waktu balik modal = 16.300.000 ÷ 850.000 = ± 19 bulan

Jika modal awal = Rp28.800.000
→ Balik modal = 28.800.000 ÷ 850.000 = ± 34 bulan

5. Bagaimana Jika Lokasi Ramai? (Simulasi Nyata)

Lokasi dekat kampus/kantor bisa menghasilkan:

  • Fotocopy: 500 lembar/hari
  • Print warna: 20 lembar/hari
  • ATK: lebih cepat habis

Pendapatan bisa naik menjadi Rp7 juta – Rp10 juta/bulan, dengan laba bersih sekitar Rp3 juta – Rp5 juta/bulan.

Dengan laba bersih Rp3,5 juta/bulan:

  • Modal Rp16 juta balik modal dalam 4–5 bulan
  • Modal Rp28 juta balik modal dalam 8–9 bulan

Kesimpulan

Dari hitungan di atas terlihat jelas bahwa usaha fotocopy memang masih bisa menghasilkan, bahkan sangat menjanjikan jika ditempatkan di lingkungan yang tepat. Modal awalnya tergolong sedang, dan potensi balik modal bisa sangat cepat.

Kalau kamu ingin memulai, pastikan untuk:

  • Memilih mesin yang tepat dan terawat
  • Memilih lokasi strategis
  • Menyediakan layanan tambahan seperti print, ATK, jilid, laminasi
  • Mengontrol biaya operasional

Dan jika kamu butuh paket usaha fotocopy dan atk dengan mesin rekondisi ex-Singapura yang sudah siap kerja, berkualitas, serta bergaransi, kamu bisa menghubungi Restu Jaya Sentosa untuk konsultasi dan rekomendasi mesin terbaik sesuai budget.

 

0 Komentar